Aku masih terkenang peristiwa malam itu. Kejadian di dalam keretapi
malam yang bergerak dari utara ke KL masih segar dalam ingatanku. Aku
seperti terpukau, merelakannya berlaku dan aku tak pula menyesal atau
merasa bersalah. Dan aku seperti merelakan ianya berlaku.
Umur saya sekarang 36 tahun, dengan dua orang anak yang sudah berumah
tangga. Meskipun umur hampir setengah abad, kata orang saya masih cantik
dan seksi. Sudah banyak kali saya naik kereta api malam begini berulang
alik dari Johor Bharu hingga ke Kelantan (senandung malam) atas urusan
kekeluargaan, baru malam ini hati saya berdebar-debar. Ada yang saya
takuti? Sama sekali tidak. Jantung saya berdebar-debar karana penumpang
di samping saya yang sejak tadi merebahkan kepalanya di atas bahuku.
Penumpang itu, seorang laki-laki yang memperkenalkan dirinya sebagai Wan
semasa kami bersembang masa mula-mula naik keretapi tadi. Dia berumur
kurang lebih 20 tahun lebih muda dari saya, dengan tubuh yang tegap dan
kulitnya yang bersih. Meskipun sebagian besar penumpang keretapi tanah
melayu ini sudah terlena, mata saya bahkan tidak mau terpejamkan.
Padahal waktu itu sudah menunjukkan angka satu pagi. Tidak ada lagi
suara orang bercakap-cakap atau bergurau. Semua sudah larut dalam
mimpinya sendiri.
Jantungku tambah berdebar ketika dari balik selimutnya, pemuda tadi
menyentuh dada saya yang juga tertutup selimut dek baju sejuk yang saya
pakai. Ketika jari-jari tangan kanannya mula meraba-raba payudara saya,
rasanya saya mau berteriak kuat-kuat ingin memberontak karana kehormatan
saya sebagai janda seorang Kapten kapal sedang dinodai. Tetapi saya
malu. Nanti satu gerabak akan terbangun semua. Terpaksa saya biarkan
saja. Rabaannya makin lama makin aktif. Mula-mula dibelai lembut seluruh
permukaan buah dada saya, lalu diramasnya pelan-pelan. Kadang, buah
dada saya ditekan-tekan, lalu diramas-ramas lagi.
Demikian berganti-ganti payudara kanan dan kiri. Setelah meraba, menekan
dan meramas-ramas, putingnya digentel-gentel di antara jari telunjuk
dan ibu jarinya. Mula-mula terasa geli, tetapi lama kelamaan terasa
nikmat. Payudara saya memang besar, seperti juga punggung saya. Meskipun
payudara saya itu tidak lagi tegak seperti waktu muda, tetapi isinya
masih padat.
Perasaan apa ini? Mungkin perasaan nikmat yang tidak pernah saya rasakan
lagi setelah 10 tahun ditinggal suamiku karana dia telah meninggal.
Sejak itu, buah dadaku tidak ada yang meraba, demikian juga vaginaku
tidak ada lagi yang "mengisi". Tetapi malam ini, kurasakan kembali
kenikmatan itu. Apalagi tangan kiri Wan, juga mulai meraba punggung
kiriku.
Tidak itu saja. Tangan pemuda itu juga mulai turun, mengelus-ngelus
perutku. Lalu ke bawah lagi, tangan itu menggelitik vaginaku. Mula-mula
bibir vaginaku diusap-usap dengan keempat jarinya, sambil ibu jarinya
menekan-nekan klitorisku. Rasanya semakin nikmat. Kini saya tidak lagi
berniat untuk berteriak. Saya menikmati perangsangan pada vaginaku.
Belum lagi sesekali jari telunjuknya dimasukkan ke liang vagina.
Pelan-pelan jari itu diputar mengelilingi seluruh dinding vagina, sambil
dimasukkan ke dalam bibir vagina . Berahiku semakin bangun setelah
sekian lama saya tidak merasakan berahi yang memang sudah saya
tunggu-tunggu. Cairan vagina mulai merembes dari dalam vagina. Saya
rasakan debar jantung saya semakin kuat, nafasku sedikit tersengal.
Tetapi di tengah gejolak berahiku tersebut, pemuda tadi berbisik, "Kita
sambung dalam toilet. Saya tunggu!"
Entah setan betina mana yang telah merasuki tubuhku. Yang jelas,
bagaikan kerbau dicocok hidungnya, beberapa minit kemudian, saya
menyusul pemuda tadi. Sampai di depan tandas, pintunya sudah dibuka oleh
Wan. Saya kemudian masuk. "Ohh cantiknya kakak ni rupanya tadi saya
pandang sipi-sipi saja," Tersentak juga saya mendengar ucapan pemuda
tadi (Cantikkah saya?), tentu. Mana ada janda seorang Kapten kapal yang
tidak cantik. Kalaupun ada, jumlahnya tidak banyak. Seberapa cantikkah?
Tidak perlu susah-susah membayangkan. Kata orang, saya mirip artis film
hot Eva Arnaz,namun belum sempat saya menyambut ucapan pemuda , leherku
sudah dipeluk dengan kedua tangannya.
Bibirnya segera menerkam dan melumat bibir saya. Ditekannya kuat-kuat,
sampai hidung saya tertindih hidungnya. Kerana jadi sulit dan sesak
untuk bernafas, tanganku menolak dadanya. Tetapi pemuda itu bukannya
mundur, serangannya semakin menggebu, hanya sekarang ke wilayah leher,
bawah telinga, serta daerah dagu. Itu semua adalah daerah yang sensitif
bagi wanita.
Mungkin parfum lembut yang saya pakai ikut juga merangsang nafsu birahi
pemuda itu, terlihat dari gerakannya yang seperti harimau kelaparan yang
ingin cepat-cepat merobek dan memamah mangsanya. Saya sendiri sangat
terangsang dengan bau parfum rambut dan body-lotion yang dipakainya. Dan
gelegak berahiku itu cukup dipuasi dengan amukan nafsu berahi serangan
total darinya.
Kedua tangannya seolah memegang kemudi iaitu buah dada saya. Meramas,
menggoyang-goyang, memutar-memutar dan macam-macam lagi diperlakukan
terhadap buah dada saya, semuanya memberikan kenikmatan yang luar biasa.
Dengan menempelkan penisnya ke vagina saya, saya seolah diajak terbang
memasuki alam maya syurga kenikmatan yang sudah lama tidak saya rasakan.
Pegangannya ke payudaraku kadang dipindahkan ke kemaluan saya,
digosok-gosok, ditarik-tarik klitorisnya.
Kemudian pindah lagi, sekarang kedua telapak tangannya mencubit dan
meramas geram punggungkuku kerena terasa sakit, dengan manja saya
membisikkan, "Sakit ..." "habis saya geram kat punggung akak ni..."
jawabnya sambil meramas lagi. "Aduhh... dik... jangan... sakit... sakit
... adik nakal..." desahku Lama-lama saya tidak kuat lagi bergumol
sambil berdiri seperti ini.
Denyut jantungku makin meningkat, mengalirkan aliran elektrik keberahian
di sekujur tubuhku. Ditambah lagi dengan sentuhan benda bulat, padat
dan hangat yang sejak tadi berada di antara kedua pahaku. "Adik... akak
sudah tak tahan dik...... masukkan sekarang dik..." "He ehh.. iya...
iya... sayang..." katanya tergagap-gagap.
Saya didudukkan di atas wastafel, setengah duduk setengah berdiri. Dan
benda nikmat itu pelan-pelan dimasukkan ke liang vagina saya.
"Bleeessss..," bunyi batang kejantanannya memasuki liang nikmatku.
"Aduh... nikmatnya..." teriakku dalam hati. Setelah masuk, penis itu
tetap diam, tidak ditarik keluar. Ini merangsang dinding bagian dalam
vaginaku yang langsung mulai mengemut-ngemut benda hangat tadi. Saya
rasakan vaginaku seperti berdenyut.. Oh... alangkah nikmatnya. Kini
dengusan nafasku yang makin cepat dan tidak teratur.
Ibarat seorang musafir yang sudah berhari-hari kehausan di tengah padang
pasir, itulah rasa nikmat yang saya dapatkan rasakan. Sudah 10 tahun
tidak diberi "makan". Kenikmatan ini terulang lagi manakala sambil
mencium pipi dan belakang telingaku, batang kemaluan pemuda itu
dimasuk-tarikkan ke liang vagina saya yang merekah. Entah berapa kali
vagina saya klimaks secara berulang dalam jarak yang demikian pendek.
Mungkin lima kali atau lebih saya merasakan klimaks.
"Hebat benar lawan mainku saat ini." kata saya dalam hati kerana
merasakan nikmat tiada tara bandingan. Kini badan saya mulai lemas.
Keringat panas keluar dari tubuh saya bercampur dengan keringat pemuda
itu yang benar-benar menaikkan berahi kami. "Saya tembakkan sekarang
ya... yang.. sayang...?" bisiknya lembut. "He... ehh.. saya sudah
terangsang ..." Kini batang kejantanan pemuda itu mulai "laju-laju
Masuk-keluar dan terus masuk-keluar. Mula-mula pelan kemudian makin lama
makin cepat. Vaginaku terasa seperti di"charge"
"Terus... terus... masuk-keluar... masuk-keluar... in-out... in-out...
terus..." pintaku dalam hati kerana membawa perasaan yang luar biasa.
Saya tidak boleh membayangkan wajah saya. Saya juga tidak dapat
membayangkan rambut saya yang sudah diacak-acak jari pemuda itu saat
menggomoli saya.. Bila saja saat ini saya terbaring di tempat tidur,
saya pasti akan bergolek menggeliat-geliat seperti cacing menari di saat
kepanasan.
Tiba-tiba, "Dukk..!" batang kejantanan milik pemuda itu berhenti
bergerak, masuk sangat dalam ke liang wanitaku. rupanya dia mengalami
ejakulasi. Air mani pemuda itu memancut ke dalam liang vagina saya.
Rasanya saya seperti karam. Saya lihat pemuda itu menikmati sekali
puncak kepuasan itu, demikian juga saya. Nafas kami mulai mengendur.
Rasanya seperti baru saja megikuti lumba lari . Kami berdua mandi
keringat. Keringat berahi. Keringat kenikmatan di atas sebuah gerabak
kereta api senandung malam yang sedang berjalan.
© 2011 - 2013 LucahStory.SeXtGem Himpunan Cerita Erotik Malaysia Negri Jiran Mesum Sindikat |